Sunday, February 24, 2013

Live life above the line

Menjadi Berlimpah


Live life above the line



Live life above the line terjemahannya, menjalani hidup di atas garis kehidupan.


Garis kehidupan?


Ya. Garis kehidupan. Anda membacanya dengan sangat tepat.


Setiap dari kita memiliki garis kehidupan.


Tidak percaya?


Sekarang, lakukan ini.


Buatlah sebuah garis lurus secara horisontal.


Berilah nama "Garis Kehidupan" untuk garis yang baru saja Anda buat.


Nah, kini Anda sudah punya garis kehidupan.




Mungkin Anda tidak akan percaya hal ini. Tapi tulislah sesuatu di bawah garis yang baru saja Anda buat.


Saya ingin Anda menulis di bawah garis kehidupan Anda kata ini: blame.



____________________________________
BLAME



Anda dapat mengganti kata blame dengan kata "menyalahkan/mencela". (Bagi Anda yang tidak tahu, blame adalah bahasa Inggris yang berarti "menyalahkan/mencela".)




Anda telah menuliskannya dengan baik. Sekarang, coba bertanya kepada diri Anda.


"Apakah saya pibadi yang selalu hidup di bawah garis kehidupan?"


"Apakah saya pribadi yang selalu menyalahkan (mencela, menggerutu, Anda tambahkan saja sendiri kata yang mewakili) terhadap setiap kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan saya ?"


"Apakah saya selalu menyalahkan diri sendiri, orang lain, lingkungan, waktu, nasib, atas setiap peristiwa [buruk, tidak mengenakkan] yang terjadi pada diri saya?"


Jika ya, selamat!


???


Karena Anda baru saja mengetahui hal yang paling penting tentang diri Anda.


Dan yang paling menggembirakan adalah: Anda mengetahui bahwa saat ini Anda telah siap untuk "hidup di atas garis".


Apakah Anda merasakan energinya? Kesenangan hidup di atas garis?


Bersiaplah untuk melompat ke atas garis kehidupan Anda, dan sambutlah ....

LEARN
____________________________________




Setiap kali Anda mengalami peristiwa yang tidak sesuai dengan keinginan Anda, berhentilah sejenak untuk sekedar mengajukan pertanyaan:


"Pelajaran apa yang bisa saya ambil dari peristiwa ini?"



Mulai dari saat ini, berhentilah menyalahkan diri sendiri.


Berhentilah menyalahkan orang lain, waktu, nasib, dan pihak-pihak yang bisa tidak ada kaitannya dengan kejadian Anda dan peristiwa yang Anda alami.


Mulailah belajar.

Dan saya sangat yakin jika Anda bukan orang yang ***** [maaf, kata ini diedit] untuk mulai ... belajar.

Nilai Kerendahan Hati

Menjadi Berlimpah



Nilai Kerendahan Hati



 Tentu saja paling baik kalau orang bersedia melakukan kebaikan, tetapi sebagai manusia, kita adalah makhluk sosial. Tidak mungkin bagi kita untuk tidak bertemu dengan orang lain; karenanya, penting bagi kita untuk mengetahui cara mengembangkan diri saat berinteraksi dengan orang lain.

Cara terbaik untuk melakukan ini adalah dengan mengikuti nilai kerendahan hati. Orang yang rendah hati di dalam masyarakat menerima dukungan dan kepercayaan orang banyak. Jika memahami nilai kerendahan hati, mereka juga akan mengerti pentingnya memperbaiki diri terus-menerus ini tidak hanya mencakup upaya mencari pengetahuan yang lebih tinggi, tetapi juga meliputi kebutuhan untuk menjadi manusiawi, untuk menjadi lebih baik lagi dalam tugas sehari-hari, dan memperbaiki komunikasi dengan kawan-kawan.
Banyak manfaat dan imbalan berasal dari tingkah laku berdasarkan pemahaman terhadap kerendahan hati. Ajaran ini memusatkan perhatian pada manfaat kebajikan rendah hati, yang dibuktikan oleh pengalaman pribadi Liao Fan. Orang akan menerima manfaat besar jika mereka dapat merenungkan dengan seksama dan memahami ajaran-ajaran ini.
Hukum langit mengambil dari mereka yang sombong dan memberi manfaat bagi mereka yang rendah hati. Hukum bumi tidak membolehkan mereka yang sombong dan mementingkan diri sendiri untuk tetap seperti itu, tetapi akan membawa perubahan bagi mereka.

Orang rendah hati tidak akan kekurangan, tetapi akan terisi seperti air mengalir mengisi tempat lebih rendah yang dilaluinya. Hukum makhluk halus dan para dewa membawa kerugian bagi mereka yang arogan dan nasib baik bagi mereka yang rendah hati. Bahkan hukum manusia memandang rendah mereka yang sombong dan menyukai mereka yang rendah hati”.


Hanya dengan demikian, saya akan memiliki landasan bagi kemakmuran masa depan saya. Mereka yang dipenuhi rasa sombong pasti tidak ditakdirkan menjadi orang besar. Bahkan jika hidup makmur, mereka tidak akan mampu menikmati nasib baik itu untuk waktu yang lama. Orang cerdas tentu tidak akan membuat diri mereka kecil dan picik atau menolak nasib baik yang menjadi hak mereka. Di samping itu, orang rendah hati selalu memperbesar kesempatan untuk belajar.

Jika tidak rendah hati, siapa yang mau mengajar dia? Selain itu, orang yang rendah hati selalu sudi belajar dari kelebihan orang lain. Ketika orang lain melakukan perbuatan baik, orang rendah hati akan belajar dan mengikuti teladan mereka. Dengan cara ini, perbuatan baik yang dapat dilakukan orang rendah hati tidak terbatas! Orang yang ingin mengembangkan dan meningkatkan nilai kebajikan, tidak akan dapat melakukannya tanpa memiliki nilai kerendahan hati.

Para leluhur kita memiliki pepatah kuno “Mereka yang berteguh hati mencapai sukses dan ketenaran, tentu akan mencapai sukses dan ketenaran. Mereka yang berteguh hati mencapai kekayaan dan kedudukan, tentu akan mendapatkan kekayaan dan kedudukan.”
Orang yang memiliki tujuan hidup yang ‘besar dan menjangkau jauh’ seperti pohon yang mempunyai akar. Pohon yang memiliki akar akhirnya akan tumbuh menjadi cabang, daun dan bunga. Orang yang telah menetapkan tujuan hidup yang ‘besar dan menjangkau jauh’ harus bersikap rendah hati dalam setiap pikirannya dan berusaha melepaskan beban orang lain meskipun kejadianya tidak berarti seperti sebutir debu.
Jika mampu mencapai tingkat kerendahan hati seperti ini, orang dengan sendirinya akan menyentuh hati bumi dan langit.

Lagi pula, saya adalah pencipta kemakmuran hidup saya sendiri; jika benar-benar ingin menciptakannya, saya tentu akan berhasil. Lihatlah para peserta ujian yang mencari ketenaran dan kekayaan. Pada awalnya, mereka tidak menumbuhkan hati yang tulus; Cuma minat yang iseng. Jika lagi suka, mereka mengejarnya. Saat minat mereka turun, merek berhenti.

Mencius pernah berkata kepada kaisar Qi Xuan..." Yang mulia mencintai musik. Akan tetapi kecintaan yang mulia pada musik sekedar kesenangan pribadi. Jika yang mulia dapat meluaskan hati, dari yang mencari kebahagiaan pribadi menjadi hati yang berbagi kebahagiaan dengan semua rakyat dan membuat mereka sama gembiranya dengan yang mulia, maka negara pasti menjadi makmur! "
Saya pikir hal itu sama dengan mereka yang berusaha memperbaiki hidup dengan mengubah takdir. Jika orang dapat meluaskan hatinya, dari yang tadinya berharap lulus ujian menjadi hati yang dengan rajin berbuat kebajikan, mengumpulkan jasa baik, dan berusaha keras memperbaiki watak, maka nasib dan kemakmuran akan menjadi milik mereka untuk diciptakan.

Jadi dalam kehidupan kita, apakah akan mendapatkan keberuntungan atau kesialan, semuanya terpulang pada suatu pikiran, jika pikiran dpt dikendalikan dan dijaga agar tetap murni dan juga tetap memelihara sifat rendah hati, dengan sendirinya kita akan dilindungi oleh dewa dewi. Sebaliknya jika sombong dan penuh dengan  kepentingan diri, memanfaatkan kekuasaan, kepandaian dan kekayaan untuk kesombongan dan menindas yang lain, maka tdk mungkin akan memiliki masa depan yg cemerlang. Tidak akan berhasil apalagi mendapatkan nasib baik.

Jadi, orang yang bijaksana tidak akan merusak masa depan dan keberuntungannya sendiri. Orang yang rendah hati dapat menerima pelajaran dari orang lain, sehingga dengan cara yang sama akan menerima kebijaksanaan, keberuntungan dan keuntungan yang banyak. Inilah hukum dasar dalam kehidupan

Tidak heran jika ada ungkapan bahwa jika kita ingin memiliki kekayaan dan kedudukan, kita akan memilikinya. Jika ingin terkenal, dapat juga dimiliki. Karena saat membuat komitmen dalam diri kita, adalah seperti pohon yg menyiapkan akarnya. Jika komitmen dalam diri kita dibuat mendalam, sering membina kerendahan hati dalam berhubungan dengan orang lain, sering membantu dan melayani orang lain, dengan sendirinya apa yang kita inginkan akan tercapai.

Banyak Berbuat Kebajikan

Menjadi Berlimpah



Banyak Berbuat Kebajikan



Didalam 6 jenis kelimpahan yang didefinisikan sebelumnya, kita dapat mencapainya dengan terus enerus mengkoreksi diri dengan gigih dan banyak berbuat kebajikan. Mengkoreksi diri ibarat mencabut rumput dan ilalang yang mengganggu dan mempersiapkan ladang, sedangkan banyak berbuat kebajikan berarti menabur. Taburan yang baik dan benar adalah dengan menabur saja dan berharap sang pencipta akan memberi hujan dan menumbuhkan benih benih yang kita tabur, kita tidak berharap kepada benih untuk bertumbuh, maupun menuntut tanah untuk menumbuhkan benih kita, bagian kita adalah menabur dan percaya Tuhan yang akan memberi pertumbuhan tanpa mengharapkan imbalan dari penerima taburan atau berharap dari benih yang kita tabur. Terdapat beberapa jenis kebajikan yaitu


Kebajikan yang Sebenarnya dan yang Palsu


Tentang hal menabur benih kebaikan, dapat dilakukan penjabaran lebih lanjut. Ada kebaikan yang sebenarnya, dan kebaikan yang palsu; Ada kebaikan yang tegas dan kebaikan yang berbelit-belit; Ada kebaikan yang tersembunyi dan ada yang dapat terlihat; Ada perbuatan yang terlihat seperti kebaikan, tetapi sebenarnya bukan; Ada kebaikan yang setengah-setengah dan ada yang sepenuhnya; Ada kebaikan yang besar dan ada yang kecil; Ada pula yang sulit dan yang mudah.

Setiap orang harus mendalami lebih lanjut tentang hal ini agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang dikira sebagai kebaikan tetapi ternyata mempunyai akibat yang sebaliknya. Kadang-kadang ada yang berkata, “Si Anu adalah seorang yang dermawan, tetapi keturunannya tidak juga sukses. Sebaliknya orang lain yang berbuat hal-hal yang tidak baik justru keluarga dan keturunannya menjadi demikian berhasil.” Orang yang berkata seperti itu tidak benar-benar mengerti apa yang merupakan kebaikan murni dan apa yang merupakan kejahatan. Jadi penilaian tidak dapat dilakukan dengan sekedar mengamati bentuk luar saja.

Sebagai contoh adalah kebaikan yang sebenarnya atau yang palsu. Memukul dan memaki seseorang, dan mengambil kekayaan seseorang biasanya digolongkan kejahatan. Menghormati seseorang, bersikap sopan terhadap orang lain biasanya digolongkan sebagai kebaikan. Padahal perbuatan seperti ini tidak perlu digolongkan sebagai baik atau buruk, karena kita perlu mempelajari lebih lanjut untuk memahami motivasi di belakang perbuatan-perbuatan ini. Secara umum, jika suatu perbuatan menguntungkan banyak orang, memukul atau memaki dapat saja digolongkan sebagai kebaikan; Jika dilakukan untuk keuntungan pribadi, menghormati dan bersikap sopan terhadap orang lain tetap digolongkan sebagai perbuatan buruk. Semua perbuatan yang ditujukan untuk membantu/keuntungan banyak orang dapat digolongkan sebagai upah. Apa yang keluar dari dalam hati adalah kebaikan yang sebenarnya; Apabila dilakukan hanya untuk diketahui orang lain, itu adalah kebaikan yang palsu. Jika ada yang melakukan berbagai tindakan berbudi tanpa mengharapkan sesuatu, itu adalah kebaikan murni; Jika dilakukan dengan pamrih tertentu, maka itu adalah kebaikan yang palsu.


Kebaikan yang Setulus Hatidan yang Berpamrih


Tentang kebaikan yang tegas dan yang berbelit-belit, biasanya, orang yang berhati-hati dan berpembawaan tenang dianggap sebagai baik, tetapi sebenarnya para suci melihat bahwa mereka yang selalu berterus-terang adalah benar-benar baik. Walaupun berhati-hati dan lemah-lembut, belum tentu orang tersebut mempunyai semangat dan cita-cita yang berbudi-luhur. Sebaliknya orang yang berpendirian teguh, berani, dan berterus-terang merupakan sikap-sikap yang selalu dipuji oleh para bijaksana. Dalam hal ini, penilaian surga adalah sama dengan penilaian para bijaksana dan berbeda dengan penilaian awam.
Karenanya, kebajikan tidak dapat dilakukan dengan sekedar mengikuti pendapat banyak orang atau untuk menyenangkan orang lain. Ia harus muncul dari satu-satunya pemikiran untuk membantu dunia dan bukannya menyenangkan dunia. Keinginan yang sebenarnya untuk membantu orang lain adalah kebajikan yang tegas dan sebenarnya. Jika kebajikan hanya dilakukan atas dasar menyenangkan dunia atau bermain dengan dunia, maka itu menjadi kebajikan yang tidak jujur.


Kebajikan yang Tersembunyi dan yang Terlihat


Kebaikan juga dapat dibagi atas kebaikan yang tersembunyi dan yang terlihat. Jika seseorang melakukan kebaikan dan dipamerkan kepada orang lain, itu dikategorikan kebaikan yang terlihat. Jika kebaikan dilakukan tanpa keinginan untuk ditunjukkan kepada orang lain, itu menjadi kebaikan yang tidak terlihat. Kebaikan yang terlihat hanya akan menerima balasan berupa reputasi yang baik, tetapi kebaikan yang tersembunyi akan menerima balasan yang berlipat ganda dari Tuhan. Kalau reputasi seseorang melebihi nilai dirinya yang sebenarnya, maka hanya akan mengundang kesulitan besar. Ketenaran tidak dapat dianggap sebagai karunia, karena banyak orang yang mempunyai reputasi sering mempunyai ketenaran yang berlebihan, yang tidak mempunyai budi luhur yang benar untuk mendasarinya. Itulah sebabnya banyak keluarga yang terkenal mendapatkan kecelakaan. Itulah sebabnya para bijak dahulu kala menasehati bahwa adalah penting untuk tidak mempunyai ketenaran yang melebihi nilai diri yang sebenarnya. Jika ada orang yang tidak melakukan kesalahan apa pun tetapi mendapatkan cemoohan, orang yang dapat menerima hal ini dan tidak terganggu olehnya adalah orang yang berbudi. Sering keturunannya menjadi sangat berhasil. Perbedaan antara kebaikan yang terlihat dan yang tersembunyi adalah diketahui atau tidak oleh orang lain.


Perbuatan yang Hanya Terlihat Baik dan Perbuatan yang Merupakan Kebajikan Sebenarnya


Dalam berbuat baik, sering terjadi sesuatu yang terlihat baik, tetapi sebenarnya bukan merupakan kebaikan. Saat berbuat sesuatu, perbuatan yang dianggap baik sekalipun haruslah dilakukan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan akibat lainnya yang akan muncul belakangan. Janganlah hanya melihat akibatnya terhadap diri sendiri, tetapi pertimbangkan akibatnya terhadap masyarakat yang lebih besar. Jika saya melakukan sesuatu yang baik, tetapi ternyata hasil akhirnya menyakitkan orang lain, maka itu menjadi sesuatu yang keliatan baik namun sebenarnya bukan. Atau sebaliknya, jika suatu sikap atau perbuatan yang umumnya dianggap buruk, tetapi hasilnya menguntungkan orang lain, maka itu merupakan kebaikan.

Ada contoh-contoh yang lain tentang apa yang dikira baik tetapi ternyata bukan, misalnya sifat memaafkan dan toleransi yang berlebihan, memuji orang lain secara berlebihan sehingga membuat orang tersebut lupa diri, memenuhi janji kecil yang mengakibatkan kesulitan yang lebih besar kemudian ataupun memanjakan anak kecil; Semua perbuatan ini harus dipertimbangkan kembali.


Kebajikan yang Pantas dan yang Tidak Pantas


Kebaikan juga ada yang sesuai untuk dilakukan dan sebaliknya ada yang tidak sesuai untuk dilakukan. Saya akan memberikan suatu contoh. Suatu ketika, ada seorang Perdana Menteri bernama Lu. Setelah dia pensiun dan kembali ke desanya, penduduk desa tetap berlaku hormat terhadapnya. Suatu hari seorang penduduk mabuk dan berlaku tidak sopan kepadanya. Tuan Lu tidak merasa terganggu oleh hal itu. Ia menganggap bahwa itu dilakukan dalam keadaan tidak sadar. 

Lu tidak menghukum orang itu. Tahun berikutnya, orang tersebut semakin memburuk kelakuannya. Dia melakukan sesuatu yang mengakibatkan dia harus dihukum mati. Tuan Lu merasa sangat menyesal. Dia berkata kepada dirinya sendiri, “Jika ketika itu saya membuatnya disiplin, maka tentu akan dapat memperbaiki kelakuannya sehingga dia tidak berlaku buruk yang membuatnya dihukum mati. Tidak seharusnya saya terlalu lunak terhadap dia.” Ini adalah contoh tentang suatu kemurahan hati dapat juga mengakibatkan sesuatu yang salah.

Saya dapat memberikan contoh yang lain tentang bagaimana perbuatan yang buruk ternyata dapat menghasilkan akibat yang baik. Suatu ketika di suatu tempat terjadi kelaparan berkepanjangan dan orang-orang menjadi bengis, dengan terbuka mengambil makanan dari orang lain. Ada seorang yang sangat kaya yang melaporkan hal ini kepada pemerintah. Sesudah beberapa saat, pemerintah belum juga memberi perhatian, sehingga orang-orang menjadi semakin berani dan semakin menghebat kelakuannya. Pada keadaan demikian, keluarga ini sendiri yang turun tangan menghukum orang-orang tersebut. Dengan cara demikian, area tersebut mempunyai sedikit kedamaian.

Setiap orang mengetahui bahwa kebaikan adalah sesuatu yang pantas dan kejahatan adalah tidak pantas. Tetapi, apabila perbuatan baik mengakibatkan keadaan memburuk, maka itu tidak pantas. Sebaliknya suatu perbuatan buruk yang mengakibatkan keadaan yang baik adalah perbuatan yang pantas.


Kebajikan yang Sepenuhnya dan yang Sepenuh hati


Hal berikut yang perlu dipahami adalah mengenai kebaikan yang setengah-setengah dan yang sepenuhnya. Jika kebaikan tidak dilakukan sepenuhnya, maka tidak akan menghasilkan keberhasilan. Kejahatan yang tidak sepenuhnya pun tidak akan mengakibatkan kehancuran total. Ini sama seperti mengisikan barang ke dalam container, jika dilakukan dengan rajin maka akan segera penuh; jika dilakukan dengan malas tidak akan segera penuh. Sebagai contoh, suatu ketika ada seorang wanita miskin yang pergi ke suatu biara untuk bersembahyang dan memberikan persembahan, dia hanya mempunyai dua keping uang, tetapi biarawan tetap keluar untuk memberkatinya. Belakangan, wanita tadi menjadi anggota keluarga istana dan membawa ribuan uang emas untuk dipersembahkan. Kali ini si biarawan hanya mengirimkan salah satu dari muridnya. Karenanya si wanita bertanya, “Sebelumnya saya pernah memberi dua keping uang, tetapi Anda secara pribadi keluar untuk memberi pemberkatan. Hari ini saya memberi ribuan uang emas, mengapa Anda tidak secara langsung memberi pemberkatan?” Si biarawan berkata, “Di masa lalu, walaupun anda hanya menyumbang sedikit, tetapi dilakukan dengan setulusnya. Kecuali jika saya melakukan pemberkatan secara langsung, maka tidak akan cukup. Hari ini walaupun anda menyumbang demikian banyak, hatimu tidak seperti yang dulu. Sehingga saya cukup mengirimkan seorang murid untuk melakukan pemberkatan.” Ini adalah contoh tentang ribuan uang emas yang hanya menjadi setengah kebaikan dan dua keping uang yang merupakan kebaikan sepenuhnya.
 Jadi, dalam berbuat baik harus dilakukan secara alami dan tulus, dan tidak membanggakannya atau mengingatnya kemudian. Dan walaupun hanya merupakan kebaikan yang kecil akan menghasilkan buah yang baik. Jika ada tujuan dalam berbuat baik, dan dalam memberi mengharapkan balasannya, maka walaupun kebaikan sudah dilakukan seumur hidup, tetap saja merupakan kebaikan yang tidak penuh.

Dalam memberi berlakulah seolah-olah tidak ada yang menerima. Dengan demikian pemberi, penerima, dan uang yang diberikan semua terjadi tidak dengan kesadaran. Pemberian seperti ini, satu sen pun sudah cukup untuk membayar karma buruk dalam ribuan tahun kehidupan, dan memberi semangkuk nasi pun merupakan kebaikan yang tidak terbatas. Jika seseorang dalam memberi tidak melupakannya atau mengharapkan balasan atau merasa menyesal dan sakit hati terhadap pemberian yang sudah dilakukan, maka walaupun sudah memberikan sepuluh ribu keping emas pun akan tetap merupakan kebaikan yang setengah-setengah.


Kebajikan yang Besar dan yang Kecil, yang Sulit dan yang Mudah


Jadi, suatu perbuatan yang berpengaruh terhadap sepuluh ribu orang, walaupun perbuatannya kecil, membawa akibat yang besar sekali. Sebaliknya, jika perhatian hanya diberikan kepada satu orang saja, dan kebaikannya juga hanya berpengaruh pada satu orang saja, maka walaupun perbuatannya besar, akibat keseluruhannya kecil.

Kebajikan yang sulit dan mudah juga berbeda. Kebajikan yang dilakukan dalam kondisi yang sulit merupakan kebajikan yang lebih berharga.Tetap menjalankan kebajikan pada saat diri sendiri sedang dalam kesulitan, tanpa mempunyai uang dan kekuasaan merupakan rejeki yang lebih besar. Jika memiliki uang dan kekuasaan, maka kesempatan untuk berbuat baik dan mengumpulkan rejeki adalah sangat mudah. Tetapi, jika tetap tidak dilakukan, maka sia-sialah orang tersebut. Seperti ada suatu pepatah yang mengatakan, “Jika ada orang kaya raya yang menolak untuk berbuat baik, orang tersebut seperti babi gemuk.”


10 Metoda untuk Menjalankan Kebajikan


Kita sudah membicarakan dasar-dasar dan pemahaman tentang berbuat baik. Sekarang kita akan berbicara tentang berbuat baik. Sekarang kita akan berbicara tentang membantu orang melalui metoda yang lain.

1. Memberi kemudahan kepada orang lain
2. Memperlakukan orang lain dengan penuh hormat dan kasih sayang
3. Membantu kehendak untuk berbuat kebaikan
4. Mendorong orang untuk berbuat baik
5. Menolong orang yang sedang dalam kesulitan
6. Mendukung gotong royong dan pekerjaan umum
7. Melepaskan keterikatan pada kekayaan
8. Melindungi dan mendukung pengajaran spiritual
9. Menghormati orang yang lebih tua
10. Melindungi kehidupan makhluk-makhluk hidup.

Tentang yang pertama, memberi kemudahan kepada orang, kita dapat mencontoh salah satu Kaisar Cina yang pertama, Shun, sewaktu muda ia suatu ketika menyaksikan orang yang sedang menangkap ikan di propinsi Shandong. Dia mengamati bahwa tempat yang banyak ikannya, pada bagian yang dalam airnya selalu dikuasai oleh nelayan yang lebih muda dan nelayan tua yang lebih lemah kebagian tempat yang berarus deras, sehingga dia menjadi perhatian. Akhirnya dia memutuskan untuk ukut menangkap ikan, dan setiap kali dia bertemu dengan nelayan yang datang, menuntut dan mengambil tempatnya, dia akan merelakan tempatnya tanpa berkata sepatah kata pun. Dan jika bertemu dengan orang yang memberi kesempatan kepadanya untuk menangkap ikan, maka segera ia akan mengucapkan terima kasih. Beberapa waktu kemudian, dia telah berhasil menciptakan suasana saling menghormati dan memberi. Walaupun Shun dapat melakukan perubahan dengan kemampuan untuk mengajar melalui kata-kata, tetapi dia menggunakan dirinya sendiri sebagai contoh untuk mengubah suasana. Karenanya, dalam sikap hidup adalah penting untuk tidak menggunakan kebaikan diri sendiri untuk memojokkan kelemahan orang lain. Jangan pergunakan kecerdasan untuk mempermainkan orang lain. Selalulah hidup dalam kerendahan hati. Jika melihat kekurangan orang lain, bersifatlah penuh toleransi. Jika melihat orang melakukan kebaikan, sekalipun kecil, pujilah mereka. Hal ini secara tidak langsung akan menjadi pelajaran bagi mereka yang berbuat tidak baik. Dengan demikian orang yang bersalah tidak akan merasa dipermalukan sehingga mereka akan mempunyai kesempatan untuk berubah. Jadi dalam memberi kemudahan kepada orang lain, selalulah berpikir tentang kesejahteraan keseluruhan dan perlindungan pada kebenaran.

Hati yang penuh hormat dan kasih sayang terhadap orang lain tidak dapat sekedar dilihat dari perbuatan, tetapi harus dilihat dari motivasi. Ada suatu pepatah yang mengatakan bahwa perbedaan antara seorang satria dan yang bukan adalah pada pemikirannya. Seorang satria yang sebenarnya, memperlakukan orang dengan penuh hormat dan kasih sayang, tanpa memilih dan tanpa mengharapkan balasan dari perbuatannya. Beras yang sama menghidupi ratusan jenis manusia yang berbeda. Walaupun setiap manusia adalah berbeda, berbeda dalam kedudukan, berbeda dalam kepintaran, tetapi semuanya adalah manusia. Jadi semuanya harus diperlakukan dengan penuh hormat. Memperlakukan seorang manusia biasa sama seperti memperlakukan para suci. Memperlakukan semua orang dengan penuh hormat dan kasih sayang harus dimulai dengan menyelami diri orang lain, secara kejiwaan dan intelektual.

Umumnya, dalam masyarakat hanya terdapat sedikit saja satria yang memperjuangkan kebaikan, sementara itu lebih banyak yang bagi diri sendiri. Ditambah lagi dengan sikap manusia yang selalu membela pendapat/kebiasaan yang sepaham dan menolak yang tidak. Seorang satria harus memiliki determinasi dan keberanian yang sangat kuat. Seorang satria sering mempunyai ucapan dan perbuatan yang berlainan dengan masyarakat pada umumnya. Mereka sangat jujur dan sering bertindak tanpa perhitungan. Mereka mengabaikan cara untuk membangun citra dirinya untuk dapat diterima anggapan umum. Jadi, orang yang tidak bijaksana sering mengkritik dan memojokkan orang-orang baik tersebut, sehingga mereka tidak lagi mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kebaikannya. Adalah penting untuk mendukung mereka yang satria, yang mempunyai hati yang baik. Janganlah membuang mereka seperti sebongkah batu, tetapi asahlah mereka menjadi sebutir permata. Jika melihat orang yang sedang berbuat baik, dukunglah mereka untuk mencapai kehendaknya.

Kebiasaan yang baik sulit dibina, tetapi begitu terbina akan menjadi sahabat selama-lamanya karena ia selalu mudah diatur. Sebaliknya kebiasaan buruk mudah terjadi dan sekali terbiasa akan menjadi musuh untuk selama-lamanya, karena ia selalu mau mengatur. Sebenarnya setiap orang mempunyai kesadaran yang sempurna, tetapi karena kehidupan yang menyesatkan, tarikan dari ketenaran dan kekayaan, seringkali orang menjadi tenggelam dalam keduniawian. Dalam berhubungan dengan orang lain, selalulah memberi semangat untuk berbuat baik. Pepatah mengatakan: “Untuk menyadarkan orang sekali, gunakanlah mulut. Untuk menyadarkan orang selama ratusan generasi, tulislah buku.”

Kehidupan sering dipenuhi oleh musibah dan ketidakberuntungan. Pada saat menemui orang lain dalam kesulitan, rasakan kesulitan tersebut seperti jika kita sendiri yang menghadapinya. Tanpa banyak perhitungan, segeralah berikan bantuan kepada mereka yang dalam kesulitan. Mulut dapat dipergunakan untuk memberikan kenyamanan kepada orang lain, berbagai metoda lain dapat juga digunakan.

Banyak pekerjaan yang bermanfaat untuk orang ramai, misalnya pembangunan jalan, jembatan, gedung sekolah ataupun tempat ibadah. Pekalah terhadap keadaan di sekitar kita dan dukunglah pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat.

Memberi adalah juga melepas keterikatan. Semakin baik pembinaan diri seseorang, semakin mudah pula ia memberikan apa saja yang dimiliki tanpa banyak pertanyaan. Tentu saja, tidak mudah untuk mencapai tingkatan seperti ini. Kekayaan sering dilihat sebagai lebih penting daripada kehidupan, jadi sebagai langkah pertama untuk melepaskan keterikatan pada seluruh permasalahan keduniawian adalah dengan merelakan apa yang paling sulit untuk diberikan, yaitu uang. Memberi kepada orang yang dalam kekurangan mempunyai banyak kebaikan. Secara internal, memberi akan mengurangi sifat egois dan kikir. Secara eksternal, pemberian dapat membantu orang keluar dari kesulitan dan pada akhirnya menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan spiritual. Pada mulanya memberi mungkin dirasakan sebagai paksaan, tetapi segera ia akan menjadi kebiasaan. Memberi juga akan menutupi dan menjauhkan diri dari kekurangan-kekurangan lainnya.

Menghormati orang yang lebih tua adalah menghormati orang tua, kakak, pimpinan, dan terutama kepada orang yang berbudi dan bijaksana. Dalam menghadapi orang tua harus dilakukan dengan ramah dan penuh hormat, dan dalam bekerja pada masyarakat tidak boleh berkelakuan buruk, walaupun dalam area yang tidak terjangkau oleh hukum. Dalam menghukum tahanan sangat penting untuk tidak berlebihan.

Mengenai perlindungan terhadap makhluk hidup, ada pepatah kuno yang mengatakan: “Untuk melindungi tikus, sejumlah beras disisakan untuk tikus. Untuk melindungi ngengat lampu tidak dinyalakan.” Tentu saja ini adalah hal yang sulit dipraktekkan oleh kebanyakan orang, tetapi pepatah ini sebenarnya mengingatkan kita untuk jangan bertindak semena-mena. 

Orang dahulu kala memasak kepompong untuk mendapatkan sutranya sebagai bahan pakaian, dan 
dalam bercocok tanam kita juga terbantu oleh serangga. Jadi, adalah penting juga untuk tidak menyia-nyiakan makanan dan pakaian, yang pada akhirnya juga berarti sudah memberikan perhatian kepada makhluk hidup. Dalam kehidupan perlu juga dikembangkan sikap yang berhati-hati agar tidak menyakiti orang lain yang lebih lemah, termasuk makhluk-makhluk lain yang lebih kecil.

Metoda untuk mengumpulkan kebaikan sangat banyak dan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya, tetapi jika dapat segera dimulai dengan kesepuluh metoda ini, pasti akan menjadi permulaan yang baik.Tetapi jika kita masih bingung dengan apa yang dijabarkan diatas, semua tersebut dirangkum dalam satu kalimat
Barangsiapa banyak memberi berkat (memberkati) diberi kelimpahan, barangsiapa memberi minum, ia diberi minum.

Saturday, February 23, 2013

Mengubah Hati (Membenci Kejahatan)

Menjadi Berlimpah

Mengubah Hati (Membenci Kejahatan)

Walaupun kesalahan yang dibuat manusia beribu jenis dan juga berbeda-beda, semua itu adalah berasal dari hati / pikiran. Bila tanpa pikiran, maka tidak ada tindakan dan tidak mungkin berbuat kesalahan. Bila hati kita selalu dipenuhi oleh keinginan, nama, untung, sex, kemarahan, kita tidak mungkin dapat terlepas dari perbuatan salah. Kita memerlukan hati yang tulus, baik dan keinginan untuk melakukan perbuatan yang baik. Selama kita selalu berhati baik, sudah tentu tidak akan muncul pikiran kacau.

Semua kesalahan berasal dari hati, maka kita harus mengubah dari hati. Ibarat membuang sebatang pohon beracun, kita harus mencabut sampai ke akar-akarnya agar tidak dapat tumbuh lagi, mengapa mau membuangnya dengan mencabuti daun per daun, cabang per cabang? Cara yang terbaik untuk mengubah kesalahan diri adalah melatih hati kita. Bila kita dengan tulus dan tekun melatih hati kita, maka akan segera menghapus segala kesalahan.

“Karena segala kesalahan adalah bersumber di hati“.


Membersihkan hati dapat menghapus pikiran-pikiran yang tidak baik sebelum menjadi perbuatan. Bila hati kita bersih murni, kita dapat segera menghentikan pikiran-pikiran tidak baik yang muncul, ide-ide yang amoral akan segera hilang pada saat kita menyadarinya. Bila kita tidak berhasil mengubah pikiran tidak baik berdasarkan hati, maka kita akan coba pada level mengubah berdasarkan kebenaran, yaitu mengapa kita perlu mengubah. Bila kita tidak berhasil dengan kedua metode ini, maka kita akan mencoba metode mengubah berdasarkan masalah dan memaksa memusnahkan pikiran tersebut.

Cara paling baik adalah melatih hati kita dan mengerti alasan untuk mengubah. Cara alternatif lain adalah memaksa diri jangan berbuat salah lagi. Kadang-kadang ke 3 metode tersebut dapat digunakan untuk mencapai hasil yang baik.“Adalah bodoh bila meninggalkan cara yang terbaik yaitu mengubah kesalahan berdasarkan hati daripada berdasarkan masalah”.

Akan tetapi bila seseorang berjanji untuk berubah, memerlukan bantuan teman sejati yang selalu mengingatkan kita dan sebagai saksi atas perbuatan kita sehari-hari. Sedangkan utnuk pikiran yang baik atau tidak baik, kita minta Yang Kuasa, Dewa, Malaikat sebagai saksi. 

Kita juga perlu menyesal dengan tulus dan sepenuh hati dari pagi sampai malam tanpa lengah. Bila kita dapat menyesal dengan tulus dari waktu ke waktu, kita pasti berhasil. Pada saat ini, kita akan merasa berlapang hati, damai, bijak, dalam situasi kacau kita tetap tenang, bertemu musuh /orang yang tidak kita sukai malahan senang.

Kadang pikiran cabul datang tanpa kita undang, kita menginginkan hidup bersih tetapi tiba tiba ada pikiran cabul, saat kita mau berhenti berpikir cabul, pikiran tersebut terus menerus datang, kita merubah pengertian kita bahwa hal tersebut kotor tetapi kadang kita masih menyukainya dan sering terbayang kembali di pikiran kita, yang perlu kita lakukan adalah membenci pikiran cabul tersebut. Pikiran tersebut terus menerus ada, dan terus menerus muncul, dimaksudkan agar kita membencinya. Setelah kita membencinya, Tidak ada masalah pikiran tersebut terus menerus muncul karena kita tidak akan mengolah pikiran tersebut, yang ada adalah lama kelamaan pikiran tersebut hilang. Hal ini berlaku untuk semua hal

Mengubah berdasarkan Pemahaman (Pembaharuan Akal Budi)

Menjadi Berlimpah



Mengubah berdasarkan Pemahaman (Pembaharuan Akal Budi)


Metode ini adalah yang lebih efektif. Kita dapat mengoreksi kesalahan diri dari pengertian terhadap kebenarannya mengapa kita tidak boleh melakukan perbuatan tersebut, misalnya seperti orang yang mudah marah, bahwa semua orang mempunyai kekurangan dan kelebihan, tidak ada yang sempurna, bila ada yang menggangu, itu adalah urusannya, tidak ada urusan dengan saya, tidak ada gunanya saya marah dan merasa tersinggung. Saya juga dapat berpikir . .Orang yang mengira dirinya selalu benar, maunya orang lain yang selalu berbuat begini begitu, tetapi mengapa tidak meminta diri sendiri juga berbuat yang sama? Orang ini adalah orang bodoh. Seseorang yang beretika dan yang selalu melatih diri, pasti selalu rendah hati, koreksi diri dan memperlakukan segala sesuatu dengan sabar. Maka orang yang selalu mengkritik dan mengeluh terhadap orang lain adalah bukan seorang manusia sejati.

Oleh karena itu, bila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita, itu adalah karena kita belum cukup melatih etika dan moral, belum mengumpulkan kebajikan untuk dapat menyentuh hati orang, kita harus selalu introspeksi diri apakah kita sendiri yang telah memperlakukan orang lain dengan tidak baik. Bila kita rajin mempraktekkan cara ini untuk melatih etika maka fitnahan orang lain kepada kita adalah merupakan suatu lapangan latihan kita untuk mengoreksi sifat pemarah, sehingga mencapai tujuan baik. Oleh karena itu, kita harus gembira untuk menerima kritik, caci maki, fitnahan orang. Apa yang perlu kita marah dan kesalkan?

Sebagai tambahan pula, tetap tenang dan sabar menghadapi fitnahan orang adalah seumpama membiarkan sebuah obor terbakar di udara, akan padam dengan sendirinya. Bila kita mendengar fitnahan langsung membela diri dan marah, adalah ibarat ulat sutra yang membelenggu diri dengan kepompongnya. Seperti pepatah kuno …. “Orang yang membelenggu diri dalam kepompong adalah mencari penderitaan sendiri”.
Oleh karena itu, bila kita marah, kesal akan menganggu fungsi hati/lever, tidak ada untung malahan rugi. Demikian juga kita memperlakukan kesalahan yang sejenis. Bila kita dapat mengerti dan berpikir dengan baik dan teliti, kesalahan tidak akan terulang lagi.

Jadi disini kita memperbaharui akal budi kita supaya kita mengerti apa yang baik, berkenan kepada Tuhan dan sempurna

Mengubah berdasarkan kesalahan (Tingkah Laku)

Menjadi Berlimpah


Mengubah berdasarkan kesalahan (Tingkah Laku)



Misalnya, bila saya berpikir cabul kemarin, mulai hari ini saya berkomitmen tidak akan berpikir cabul lagi. Bila saya tidak dapat menguasai diri, mulai hari ini saya berkomitmen menguasai diri lagi. Inilah cara bagaimana seseorang mengubah kesalahan berdasarkan masalahnya dengan berkomitmen tidak mengulangi lagi kesalahan yang telah dibuat.

Bagaimanapun akan lebih sulit ratusan kali lipat bila kita memaksa diri tidak berbuat sesuatu daripada kita hanya berhenti berbuat sesuatu secara normal. Bila kita tidak mencabut akar kesalahan kita, tetapi hanya menahannya, kesalahan akan muncul lagi bahkan kita kadang-kadang telah berhenti melakukannya. Karena itu, metode mengubah berdasarkan masalahnya tidak dapat membantu kita melepaskan diri dari perbuatan salah secara permanen.

Tekad dan Keberanian

Menjadi Berlimpah


Tekad dan Keberanian



Seseorang yang ragu-ragu untuk mengoreksi kesalahannya adalah orang yang benar-benar tidak ingin mengubah, dan puas dengan keadaan yang sedang berlangsung. Karena keinginan mengubah tersebut tidak kuat, membuat kita takut untuk mengoreksi kesalahan kita. Untuk mengubah kesalahan, kita harus berusaha keras untuk segera mengubahnya. Kita tidak boleh ragu-ragu atau tunggu dulu, ditunda sampai besok atau hari berikutnya untuk mengubah kesalahan kita tersebut.

Seseorang pernah berkata Jika mata kita membuat kita berbuat dosa, segera cungkil dan buang sebelum seluruh tubuh masuk neraka, jika tangan kiri mengajak berbuat dosa, segera potong dan buang, daripada seluruh tubuh masuk neraka.Kesalahan kecil adalah ibarat sebuah duri menusuk daging kita dan harus segera dicabut. Kesalahan besar adalah ibarat jari kita yang digigit ular berbisa yang harus segera dipotong tanpa ragu-ragu untuk menghindari racun tersebut menjalar ke bagian lain dan mematikan.

Sering seseorang tidak mampu untuk berubah karena tidak cukup mempunyai keberanian dan determinasi untuk menghentikan tingkah laku yang salah dan memperbaiki kesalahan. Dan jika merupakan kesalahan besar, haruslah dianggap seperti gigitan oleh ular berbisa sehingga jaripun harus segera dipotong tanpa keragu-raguan. Bila kita bisa mengikuti ketiga cara tersebut di atas untuk mengoreksi diri, sudah pasti kepribadian kita akan berubah. Seumpama matahari melumerkan salju di musim semi.

Rasa Takut

Menjadi Berlimpah


Rasa Takut



Apa yang kita lakukan? Yang Kuasa, Bumi, Dewa, Malaikat, Makhluk halus berada di sekeliling kita dan selalu memperhatikan seluruh tindakan kita. Mereka berbeda dengan manusia, mereka dapat melihat segala sesuatu tanpa halangan. Sehingga tidak mungkin kita dapat menyembunyikan diri dari mereka.

Walaupun kita berbuat kesalahan di tempat yang tidak ada orang yang menyaksikan, tetapi Yang Kuasa, Bumi, Dewa, Malaikat, Makhluk halus, ibarat sebuah cermin, jelas-jelas mencerminkan semua kesalahan kita. Bila berbuat kejahatan besar, maka semua bencana dan kutuk akan menimpa kita, bila kejahatan ringan, akan mengurangi keberuntungan/ berkat yang sudah ada. Bagaimana kita tidak takut akan hal ini.

Walaupun kita berada dalam kamar yang gelap sekalipun, setiap pemikiran kita diketahui oleh surga. Walaupun kita mencoba untuk menyembunyikannya, tetapi akan sia-sia karena jiwa manusia berkomunikasi dengan penciptanya. Selama masih bernafas, kita masih dapat bertobat dalam kesalahan yang seberat apapun.

Bila berbuat kesalahan, adalah baik untuk mengoreksinya. Akan tetapi jangan ada pikiran untuk membuat kejahatan sekarang karena kita selalu dapat menyesal dan dikoreksi belakangan. Ini sama sekali dilarang. Bila seseorang sengaja berbuat kejahatan, maka balasannya akan jauh lebih berat dari sebelumnya.
Di samping itu, kehidupan manusia tidak kekal, badan kita yang terdiri dari daging dan darah mudah rusak. Bila nafas berhenti, maka badan ini bukan milik kita lagi, tidak ada kesempatan untuk mengoreksi kesalahan tersebut lagi.

Masih seberapa panjangkah umur kita? 100 tahun? 50 tahun? Waspadalah! Panjangnya umur kita hanya diantara nafas, sekali nafas tidak sambung, kita meninggal. Jangan ada pikiran bahwa saya masih muda, masih banyak waktu. Juga bila seseorang meninggal, segala barang duniawi tidak dapat dibawa, hanya catatan baik dan buruknya yang mengikuti arwahnya, sebagai dasar untuk diadili di akhirat dan penentuan tempat tujuan arwahnya. Karena itu, bila seseorang berbuat kesalahan, akibatnya adalah menanggung nama buruk sepanjang masa, bahkan anak cucu yang berbakti juga tidak sanggup membersihkan namanya. Di akhirat, dia akan menanggung penderitaan yang tidak dapat diutarakan. Oleh karena itu bagaimana seseorang tidak merasa takut?

Tahu Malu

Menjadi Berlimpah


Tahu Malu

Jika kita merenungkan kembali tentang orang-orang suci pada zaman dahulu, mereka juga adalah manusia tetapi ajaran mereka tetap terjaga selama ribuan tahun. Sementara kita hanya terlibat dalam kesenangan, ketenaran, dan kekayaan dan tidak mempunyai disiplin dalam tingkah laku. Kita melakukan hal-hal yang memalukan di belakang orang lain, berpikir bahwa tidak akan ada orang yang melihatnya. Secara perlahan lahan, menjadi binatang yang mengenakan baju manusia. Tingkah laku ini sungguh memalukan. Di dunia tidak akan ada lagi kelakuan yang lebih memalukan dan rendah dari ini.

Seseorang pernah berkata bahwa " Kesadaran dan Tahu Malu” ini sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu tindakan sepanjang hidupnya. Orang yang “Tahu Malu” adalah orang suci / bijak, orang yang tidak “Tahu Malu” sudah pasti adalah binatang. Kunci utama untuk mengoreksi kesalahan adalah terletak pada sehelai niat “Tahu Malu” ini, manusia berbeda dari binatang, hanyalah karena adanya rasa “Tahu Malu” ini yang membedakan manusia dengan binatang.

Sesuai yang dikatakan Orang tersebut di atas, Renungkanlah selalu : Segala tingkah laku saya sehari-hari memalukankah? Saya adalah seorang bijak atau hanya seekor binatang yang berkulit manusia? Ingatlah! Tingkah laku kita yang memalukan bukan hanya mencoreng nama baik keluarga sendiri, tetapi juga perusahaan tempat kita kerja, lingkungan masyarakat kita, yang lebih berat lagi NEGARA, IBU PERTIWI kita. Ini adalah dosa yang besar sekali, karena seluruh rakyat negara turut menanggung kesalahan yang kita buat.

Contoh yang paling mudah adalah kasus carding atau penipuan kartu kredit dan hamil sebelum nikah, saat banyak kejahatan carding terjadi sebagian besar berasal dari Indonesia, maka Indonesia dilarang untuk menggunakan kartu kredit, karena kesalahan satu orang, maka seluruh negara terkena dampaknya. Saat seseorang hamil sebelum menikah, dimana mana namanya digunjingkan orang, saat ortu bertemu dengan orang, mereka mendapat cap bahwa anaknya hamil diluar nikah, tidak mampu mendidik anak dengan benar, ini merupakan hal yang sangat memalukan, tidak hanya pelaku yang malu, tetapi seluruh keluarga  dan keluarga besar juga ikut tercoreng namanya.

Mengkoreksi Kesalahan (dengan gigih)

Menjadi Berlimpah


Mengkoreksi Kesalahan (dengan gigih)


Setelah seseorang mengenal Yesus Kristus, yang perlu dia lakukan adalah terus menerus hidup dalam dukacita karena kebenaran.

Di dalam perjalanan kita untuk menjadi berlimpah, kita akan terus menerus menemukan kesalahan kita, yang perlu kita lakukan adalah terus menerus mengkoreksi diri kita.

Prinsip rohani yang kita pegang adalah ketaatan kepada kebenaran mendatangkan berkat/ rejeki, ketidak taatan mendatangkan kutuk/ kemalangan.

Ada 3 cara untuk mengoreksi kesalahan, yaitu

  1. Tahu malu
  2. Rasa Takut
  3. Tekad dan Keberanian 
terdapat 3 tahapan dalam perubahan yaitu:
  1. Berubah Berdasarkan masalah (Tingkah Laku)
  2. Berubah Berdasarkan peraturan (pemahaman)
  3. Berubah berdasarkan hati (dukacita karena kebenaran)
Pada zaman dahulu, ada seorang pegawai pemerintah Ketika berumur 20 tahun, ia sudah menyadari kesalahan yang telah diperbuat pada masa sebelumnya dan berusaha mengkoreksinya, saat berumur 21 tahun, ia merasa masih belum mengkoreksi semua kesalahannya, saat berumur 22 tahun, ia merasa kehidupannya selama 21 tahun yang lalu hanya sebagai mimpi, tanpa ada kemajuan, tahun berlanjut tahun, ia terus menerus mengkoreksi kesalahannya. Ketika berumur 50 tahun, orang tersebut masih merasa bahwa kehidupannya selama 49 tahun penuh dengan perbuatan tidak baik. Ini adalah cara leluhur kita mengkoreksi dan menyesali kesalahan yang telah dibuat.

Kita semua adalah manusia biasa yang berbuat kesalahan seperti duri landak banyaknya. Kita sering tidak dapat melihat kesalahan yang telah dibuat. Ini adalah karena kelengahan kita tidak dapat mengintrospeksi diri, seperti mata telah ditumbuhi katarak, kita menjadi buta sehingga tidak melihat kesalahan yang kita buat setiap hari. Ini adalah indikasi bahwa manusia telah membuat banyak kesalahan dan kejahatan. Orang yang banyak dosa dan kesalahan, kebanyakan sering bingung, tidak konsentrasi, pelupa, bila bertemu orang suci/bijak, selalu merasa bersalah dan tertekan, tidak senang mendengar ajaran baik, hukum sebab akibat, membalas budi orang dengan kedendaman. Sering bermimpi buruk, selalu mengeluh. Ini adalah gejala bahwa orang tersebut telah banyak berbuat kesalahan dan kejahatan.

Bila kita mempunyai gejala tersebut di atas, kita harus segera mengaku salah dan berusaha keras untuk mengubah kesalahan serta berbuat kebajikan untuk mengubah diri, jangan menunda-nunda lagi.

Wednesday, February 20, 2013

Definisi Kelimpahan

Menjadi Berlimpah

Definisi Kelimpahan



Apakah Definisi kelimpahan itu?
Sebelumnya saya berharap dan menganjurkan anda semua telah mengenal Yesus Kristus, karena tanpa pengenalan akan Yesus Kristus, segala sesuatu didalam artikel ini akan menjadi sia untuk dibaca, tetapi tetap silahkan membaca terus jika mau, artikel disini adalah bebas dibaca tanpa syarat apapun, baik anda mengenal Yesus Kristus atau tidak, tidak masalah, yang penting artikel disini bermanfaat untuk anda.

saya akan mendefinisikannya sebagai berikut

  1. Berlimpah secara Rohani
  2. Berlimpah secara Jiwani
  3. Berlimpah secara Jasmani
  4. Berlimpah secara Relasi
  5. Berlimpah secara Keluarga 
  6. Berlimpah secara Duniawi/ Finansial


Point 1 sampai 5 diibaratkan bola kaca yang ketika jatuh maka akan pecah atau retak dimana meski diperbaiki akan memberikan bekas. Sedangkan point yang disebut terakhir bernama point Duniawi/ Finansial adalah bagai bola karet yang ketika terjatuh, maka ia dapat kembali membal ke atas.
Perumpamaan yang sangat jelas untuk menggambarkan, betapa point roh, jiwa, tubuh, hubungan dan keluarga adalah jauh lebih berharga daripada terus mengejar point benda tanpa memperdulikan ke 5 point tersebut.
Namun, bukan berarti kita sibuk terus membina ke 5 point utama dan mengabaikan point finansial. Karena tak dipungkiri pula kita hidup di dunia yang membutuhkan dana. So, intinya adalah keseimbangan dan tahu bagaimana harus memulai sebuah usaha, bertindak dan memecahkan persoalan usaha dengan tanpa mengabaikan ke 5 point utama.
Karena toh pada akhirnya, jika kita bertindak benar, jujur dan berada di jalur Tuhan, maka rejeki pun akan datang dengan sendirinya. Sedangkan uang yang di dapat dengan tindakan yang kurang benar maka pundi pundi pun seringkali terkuras untuk hal hal secara tiba tiba dapat saja terjadi dan tak terduga. Misalnya sudah sukses terkenal, tiba tiba saja tersandung skandal korupsi atau sakit keras dan lain sebagainya

Semua Tulisan di blog ini ditujukan untuk penulis, Tulisan di blog ini bukan ditujukan untuk pembaca, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memaksa menyarankan atau memaksa pembaca, melainkan lebih kearah sebagai catatan pengingat penulis. Tulisan demi tulisan di blog ini ditujukan agar penulis senantiasa sadar dan tidak lupa, jika setelah itu pembaca mendapatkan manfaat dari blog ini, maka penulis bersyukur. Sebagai imbalan penulisan, penulis meminta dukungan doa dari pembaca agar bisa mendapatkan kelimpahan didalam hidup secara terus menerus.


Demikian, semoga bermanfaat
silahkan membuka http://menjadiberlimpah.blogspot.com/2013/02/definisi-kelimpahan.html terlebih dahulu terimakasih